Manusia
hidup di dunia ini dengan waktu yang terus berjalan maju. Ada pepatah yang
mengatakan “jadikanlah masa lalu sebagai
pelajaran untuk masa depan”. Mungkin itulah yang mendasari manusia untuk
terus berubah ke arah yang lebih baik dalam berbagai aspek khususnya teknologi.
Mari kita buat sebuah perumpamaan bahwa masa lalu adalah jaman dahulu,
sedangkan masa depan adalah masa sekarang dan yang akan datang. Dengan segala
keterbatasan teknologi pada jaman dahulu, membuat manusia merasa repot dalam
melakukan berbagai aktivitas. Namun dengan akal serta pikiran yang dimiliki,
manusia terus berinovasi dalam menciptakan banyak teknologi yang canggih guna memudahkan
mereka dalam menyelesaikan atau melakukan sebuah akivitas.

Contoh kecilnya saja, jika teman-teman melihat gambar disamping dan hendak akan naik ke lantai dua, mana yang akan dipilih, tangga atau eskalator? Pasti akan memilih eskalator kan, disamping cepat kita tidak perlu mengeluarkan energi dengan percuma. Inilah salah satu contoh kecil bagaimana teknologi dapat mengubah gaya hidup manusia menjadi kurang aktif bergeraak.
Faktor
efisiensi serta keefektifan adalah dua hal yang paling mendasari berkembangnya
teknologi dalam berbagai bidang. Seperti contoh tadi, agar tenaga tidak
terbuang untuk menaiki tangga, maka diciptakan tangga yang dapat berjalan. Bagi
orang-orang yang tidak berpikir kritis, perubahan ini merupakan perubahan yang
amat positif tanpa menghiraukan dampak negatifnya. Jika dalam pikiran anda
terbesit pertanyaan “emang ada dampak negatifnya?”, berarti anda termasuk orang
yang kurang kritis haha.
Terus,
apa itu hipokinetik?
Hipokinetik adalah
kondisi kurang bergerak dan tanpa dimbangi dengan aktifitas fisik sehingga akan
menimbulkan penyakit akibat kurang gerak. Jadi dapat dikatakan bahwa
hipokinetik ini merupakan gaya hidup manusia yang disebabkan karena kemajuan
teknologi yang membantu manusia dalam mengatasi masalah-masalah yang
membutuhkan aktivitas fisik. Sehingga manusia merasa mudah dan kemampuan fisik
tidak diperlukan lagi. Penyakit akibat kurang gerak ini bermacam-macam mulai
dari obesitas, tekanan darah tinggi, kekakuan pembuluh darah, sakit punggung
bagian bawah dan sebaainya. Banyak bergerak adalah cara yang sangat ampuh untuk
mengatasi hal tersebut. Rutin berolahraga ataupun sekedar berjalan ke tempat
yang akan dituju merupakan hal-hal yang
dapat dilakukan.
Setelah mengetahui
apa itu hipokinetik, lalu apa hubungannya dengan pendidikan jasmani? Bagaimana bisa
pendidikan jasmani di sekolah dapat mencegah penyakit hipokinetik? Dalam tulisan
sebelumnya pernah dibahas mengenai pengertian penjas, pada hakikatnya pendidkan
jasmani adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai alat untuk
mendidik guna tercapainya tujuan pendidikan secara umum. Namun pandangan orang
tua yang sangat menyepelekan penjas ini membuat mereka lebih mengutamakan untuk
mengembangkan kecerdasan intelektual anaknya dengan mengorbankan pengembangan
fisik maupun moral. Era globalisasi serta kemajuan teknologi yang sangat maju
merupakan faktor yang paling bertanggung jawab atas terjadinya hal ini. Kembali
kepada pandangan masyarakat terhadap penjas, dalam pikiran banyak orang penjas
itu hanyalah pembelajaran yang tidak penting, karena memang mereka tidak
mengetahui bahwasannya penjas itu dapat mengembangkan kemampuan anak secara
menyeluruh, bukan hanya kemampuan fisik (psikomotor) saja, namun kemampuan
berfikir (kognitif) serta perilaku (afektif) ikut dikembangkan dalam pendidikan
jasmani.
Karena hipokinetik
ini berkaitan erat dengan kurang gerak, maka tujuan penjas dalam aspek
psikomotor lah merupakan cara untuk mencegah hipokinetik ini. Karena dalam
aspek psikomotor, pendidikan jasmani memiliki dua tujuan utama yaitu:
1. Mencapai
perkembangan aspek kebugaran jasmani
2. Mencapai
perkembangan aspek perceptual motorik
Tujuan yang
pertama, adalah tujuan yang sangat relevan dalam mengatasi hipoinetik ini,
karena orang yang memiliki kebiasaan kurang gerak sangat identik dengan
kurangnya tingkat kebugaran tubuh yang dimiliki. Jadi secara singkatnya,
pendidikan jasmani akan sangat ampuh dalam mengatasi anak yang memiliki
kebugaran jasmani yang kurang.
Jika melihat
tujuan penjas diatas, memang mudah sepertinya penjas mengatasi hipokinetik ini.
Namun pada kenyataannya ada banyak faktor yang dapat menghambat untuk
tercapainya tujuan yang dinginkan. Pemahaman orang tua yang menyepelekan
penjas, motivasi anak yang kurang dalam mengikuti mata pelajaran penjas, sarana
dan prasarana yang kurang memadai, bahkan faktor guru yang kurang berkompeten
dalam mengajar penjas sangat mempengaruhi. Namun jika seorang guru memiliki
kompetensi yang baik, hambatan-hambatan tadi tidaklah jadi masalah yang
berarti. Serta sebisa mungkin, khususnya bagi calon guru penjas, menciptakan
suasana belajar yang aktif, sehingga peserta didik terus bergerak agar dapat
mencegah hipokinetik tadi. Karena dalam mata pelajaran penjas, peserta didik
diberikan kesempatan untuk memperoleh serta mempertahankan derajat kebugaran
jasmani yang optimal dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Namun
sepertinya akan sangat percuma jika usaha mengatasi gaya hidup kurang gerak ini
hanya dilakukan disekolah dalam mata pelajaran penjas. Karena idealnya, untuk
mempertahankan tingkat kebugaran jasmani dibutuhkan setidaknya 3 kali dalam
seminggu melakukan aktivitas fisik. Ini pun menjadi pekerjaan rumah bagi calon
guru penjas, bagaimana meyakini peserta didiknya agar terus tertarik untuk
melakukan aktivitas fisik dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu, dorongan
orang tua dalam menyadarkan betapa pentingnya gerak tubuh kepada
anaknyamerupakan usaha yang dapat dilakukan.
Sumber:
Mahendra, A. (2012). Asas dan Falsafah Pendidikan
Jasmani. Bandung: FPOK.
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/04/06/istilah-istilah-dalam-bidang-kesehatan/ (diakses pada tanggal 18 April 2014)
Dampaknya dan cara menogbati hipokinetik bagaiman?
BalasHapusTolong dijawab
HapusTolong dijawab secepatnya
HapusPlease cepat
HapusMohon dijawab
HapusTerima kasih
BalasHapus