Jumat, 18 April 2014

Usaha Pendidikan Jasmani Dalam Mencegah Hipokinetik

Manusia hidup di dunia ini dengan waktu yang terus berjalan maju. Ada pepatah yang mengatakan “jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran untuk masa depan”. Mungkin itulah yang mendasari manusia untuk terus berubah ke arah yang lebih baik dalam berbagai aspek khususnya teknologi. Mari kita buat sebuah perumpamaan bahwa masa lalu adalah jaman dahulu, sedangkan masa depan adalah masa sekarang dan yang akan datang. Dengan segala keterbatasan teknologi pada jaman dahulu, membuat manusia merasa repot dalam melakukan berbagai aktivitas. Namun dengan akal serta pikiran yang dimiliki, manusia terus berinovasi dalam menciptakan banyak teknologi yang canggih guna memudahkan mereka dalam menyelesaikan atau melakukan sebuah akivitas. 


Contoh kecilnya saja, jika teman-teman melihat gambar disamping dan hendak akan naik ke lantai dua, mana yang akan dipilih, tangga atau eskalator? Pasti akan memilih eskalator kan, disamping cepat kita tidak perlu mengeluarkan energi dengan percuma. Inilah salah satu contoh kecil bagaimana teknologi dapat mengubah gaya hidup manusia menjadi kurang aktif bergeraak.

Faktor efisiensi serta keefektifan adalah dua hal yang paling mendasari berkembangnya teknologi dalam berbagai bidang. Seperti contoh tadi, agar tenaga tidak terbuang untuk menaiki tangga, maka diciptakan tangga yang dapat berjalan. Bagi orang-orang yang tidak berpikir kritis, perubahan ini merupakan perubahan yang amat positif tanpa menghiraukan dampak negatifnya. Jika dalam pikiran anda terbesit pertanyaan “emang ada dampak negatifnya?”, berarti anda termasuk orang yang kurang kritis haha.

Terus, apa itu hipokinetik?
Hipokinetik adalah kondisi kurang bergerak dan tanpa dimbangi dengan aktifitas fisik sehingga akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak. Jadi dapat dikatakan bahwa hipokinetik ini merupakan gaya hidup manusia yang disebabkan karena kemajuan teknologi yang membantu manusia dalam mengatasi masalah-masalah yang membutuhkan aktivitas fisik. Sehingga manusia merasa mudah dan kemampuan fisik tidak diperlukan lagi. Penyakit akibat kurang gerak ini bermacam-macam mulai dari obesitas, tekanan darah tinggi, kekakuan pembuluh darah, sakit punggung bagian bawah dan sebaainya. Banyak bergerak adalah cara yang sangat ampuh untuk mengatasi hal tersebut. Rutin berolahraga ataupun sekedar berjalan ke tempat yang akan  dituju merupakan hal-hal yang dapat dilakukan.

Setelah mengetahui apa itu hipokinetik, lalu apa hubungannya dengan pendidikan jasmani? Bagaimana bisa pendidikan jasmani di sekolah dapat mencegah penyakit hipokinetik? Dalam tulisan sebelumnya pernah dibahas mengenai pengertian penjas, pada hakikatnya pendidkan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai alat untuk mendidik guna tercapainya tujuan pendidikan secara umum. Namun pandangan orang tua yang sangat menyepelekan penjas ini membuat mereka lebih mengutamakan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual anaknya dengan mengorbankan pengembangan fisik maupun moral. Era globalisasi serta kemajuan teknologi yang sangat maju merupakan faktor yang paling bertanggung jawab atas terjadinya hal ini. Kembali kepada pandangan masyarakat terhadap penjas, dalam pikiran banyak orang penjas itu hanyalah pembelajaran yang tidak penting, karena memang mereka tidak mengetahui bahwasannya penjas itu dapat mengembangkan kemampuan anak secara menyeluruh, bukan hanya kemampuan fisik (psikomotor) saja, namun kemampuan berfikir (kognitif) serta perilaku (afektif) ikut dikembangkan dalam pendidikan jasmani.

Karena hipokinetik ini berkaitan erat dengan kurang gerak, maka tujuan penjas dalam aspek psikomotor lah merupakan cara untuk mencegah hipokinetik ini. Karena dalam aspek psikomotor, pendidikan jasmani memiliki dua tujuan utama yaitu:
1. Mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani
2. Mencapai perkembangan aspek perceptual motorik
Tujuan yang pertama, adalah tujuan yang sangat relevan dalam mengatasi hipoinetik ini, karena orang yang memiliki kebiasaan kurang gerak sangat identik dengan kurangnya tingkat kebugaran tubuh yang dimiliki. Jadi secara singkatnya, pendidikan jasmani akan sangat ampuh dalam mengatasi anak yang memiliki kebugaran jasmani yang kurang.

Jika melihat tujuan penjas diatas, memang mudah sepertinya penjas mengatasi hipokinetik ini. Namun pada kenyataannya ada banyak faktor yang dapat menghambat untuk tercapainya tujuan yang dinginkan. Pemahaman orang tua yang menyepelekan penjas, motivasi anak yang kurang dalam mengikuti mata pelajaran penjas, sarana dan prasarana yang kurang memadai, bahkan faktor guru yang kurang berkompeten dalam mengajar penjas sangat mempengaruhi. Namun jika seorang guru memiliki kompetensi yang baik, hambatan-hambatan tadi tidaklah jadi masalah yang berarti. Serta sebisa mungkin, khususnya bagi calon guru penjas, menciptakan suasana belajar yang aktif, sehingga peserta didik terus bergerak agar dapat mencegah hipokinetik tadi. Karena dalam mata pelajaran penjas, peserta didik diberikan kesempatan untuk memperoleh serta mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Namun sepertinya akan sangat percuma jika usaha mengatasi gaya hidup kurang gerak ini hanya dilakukan disekolah dalam mata pelajaran penjas. Karena idealnya, untuk mempertahankan tingkat kebugaran jasmani dibutuhkan setidaknya 3 kali dalam seminggu melakukan aktivitas fisik. Ini pun menjadi pekerjaan rumah bagi calon guru penjas, bagaimana meyakini peserta didiknya agar terus tertarik untuk melakukan aktivitas fisik dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu, dorongan orang tua dalam menyadarkan betapa pentingnya gerak tubuh kepada anaknyamerupakan usaha yang dapat dilakukan.


Sumber:
Mahendra, A. (2012). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK. 
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/04/06/istilah-istilah-dalam-bidang-kesehatan/ (diakses pada tanggal 18 April 2014)

6 komentar: